Senin, 31 Oktober 2011
Renungan Rasa Adilla
Renungan
Rasa Adilla
rasanya aku terjatuh dalam pengapnya ruang hitam di sekelilingku.
“Dil , sedang apa ????
bleh aku duduk ???” sesosok gadis dengan dress bunga, lengkap dengan tas
tenteng menambah serasi penampilannya. menyapaku , rasanya aku kenal dengan
gelagat itu. “oh tentu, nad” jawabku sembari mengalihkan file cerpen yang
setengah jadi di leptopku, ku ganti denga file tugas minggu lalu. “sedang apa
disini dil ???” nadia sahabatku bertanya. “ouhhh nda nad, aku..mmm aku..aku
sedang ..sedang mengerjakan tugas, iya sedang mengerjakan tugas.” Jawabku
dengan sedikit ragu namun ku coba tegaskan dengan alih tag Question, kala itu
kami sedang duduk di bawah pohon besar di halaman kampus. “Hemmm.... itu tugas
minggu lalu dill, bukannya sudah kita serahkan hari rabu kemarin ,? huhh Adilla
Muzdalifah memang tak pernah berubah, aku sahabatmu dil, tak cukupkah waktu 1
tahun mengenalku untuk buatmu percaya dan yakin berbagi hal denganku ??? ayolah
dil, tak baik jika kau pendam sendiri masalahmu. Mungkin bisa ku tawarkan
solusi nanti, atau mmm... mungkin saja kan Allah jadikan aku pelantara solusi
untuk masalahmu itu Lho, mungkin kan ??? hoho...... “ J nadia berkata sedikit pasti setengah
memelas padaku. aku melempar senyum tipis pada nadia sahabatku. “iya nad, aku
pasti cerita, tapi nda saat ini. Biar aku yakinkan dulu, untuk kemudian aku
ceritakan padamu. Saat itu bunyi nada SMS dari ponselku terdengar. Di layar
ponsel itu tertera (1 message received Ummi).
“Asslmulaikum,
neng udah bres kuliahnya ?
tolong cepat pulang iya. Anter umi ke rmh nenek.
Wasalam”
Aku baca
pesan dari Ummi, dan kemudian merapihkan semuanya dan bergegas pergi.
Sebelumnya aku berusaha pamit pada nadia. “nad , aku harus pulang nih”, ucapku
pada nadia yang duduk di sebelahku. “Lho Lho.. mu kemana kamu dill kok cabut
gth ja ???” nadia menghela bicaraku. “aduhhh maaf bnget, barusan itu ummi sms.
Nyuruh cepet pulang. Nanti insya allah aku sambung lagi iya. Assalamualaikum.”
Sambungku pada nadia sambil bergegas pergi dan berlalu.
Keesokan
harinya,
“Heyy dill, ada waktu
nggak ? aku mau Shar sesuatu nich.” Kami duduk di meja kantin Bu nur. Nadia
berusaha menyampaikan sesuatu padaku. “Sebenarnya ini bukanlah suatu hal yang
begitu sulit, tapi entahlah akupun tak tahu apa latar belakang dari keinginanku
ini. Bisakah kau membantuku ?? hemmmmmhuhhhhhh.... dia menarik napas dalam
dalam, gini dill, sepertinya mulai tergerak hatiku untuk berhijab. Bagaimana
menurutmu ???” nadia menayakan pendapatku kala itu, namun spertinya anganku
sedang jauh saat itu, entah berada dimana hatiku, dan entah perasaan apa yang
terjadi dalam lirih batinku, semuanya terasa senyap bak tiupan angin pagi di
musim semi. Hingga nadia berulang kembali tentang semuanya, “ohhh iya nad, “
aku coba tetap tenang, sembari memfokuskan pikiranku pada nadia yang duduk
tepat beradu wajah denganku, dan segera ku sampingkan renungan rasa yang sejak
tadi bernaung dalam memory ku, dan sepertinya tidak akan pergi sebelum berhasil
ku tafsirkan. Aku sampaikan dengan pelan pada sahabatku. “nad,,, sebenarnya
berhijab itu sudah semestinya kita lakukan sebagai seorang muslimah. Namun
adakalanya orang berpikir bahwa masih belum siap melakukan hal yang itu. Tidak
sedikit orang yang mengalami seperti yang kamu alami sekarang. Bila kamu tanya
tentang bagaimana argumenku, mungkin tanpa kamu tanyapun kamu sudah bisa
memprediksikan sedikit bagaimana argumenku tentang berhijab.
Anas bin RA meriwayatkan, rassululah SAW bersabda :
“semua penghuni surga akan menemui allah SWT yang
tergantung kepada amalnya di dunia, tetapi wanita shalihah yang memelihara
dirinya dari pandangan lelaki yang bukan mahram, maka allah sendiri yang akan
datang kepadanya.” Subhanalahh bukan ????????????, allah sangat memuliakan
wanita shalihah.
Itu
menurutku, ingat nad allah tidak suka di permainkan, mantapkan dulu hatimu
untuk sepenuhnya berhijab permanen, menutupi aurat yang semestinya kita
lakukan, secantik cantiknya perempuan lebih cantik apabila mengenakan kerudung.
:-) . selain itu kita senantiasa disegani, dan di lindungi allah SWT selalu,,
Bagini :
Mereka berdiri di sana dengan celana pendeknya, sangat
pendek, super pendek. Yang mereka anggap sebagai model terkini. Sedangkan aku
disini berdiri tegak dan bangga dengan jilbabku.
Mereka berdiri disana dengan lautan make up di wajahnya
yang mereka percayai sebagai kebebasan berekspresi. Sedangkan aku disini
berdiri tegak dan bangga dengan jilbabku.
Mereka masih berdiri disana dengan rambut basah oleh gel berwarna-warni,
penuh dengan unsur kimia yang mereka anggap sebagai kemurnian jiwa. Sedangkan
aku disini berdiri tagak dan bangga denga jilbabku.
Dan mereka berdiri disana asyik berbicara untuk membeli
celana pendek model terbaru, pewarna rambut yang paling trendi, bahkan cara
mendapatkan pacar baru yang mereka anggap sebagai memahami keindahan tuhan dan
ekspresi cinta. Sedangkan aku disini berdiri tegak dan bangga dengan jilbabku.
Karena jilbabku inilah pelindungku, kekasihku,
kesetiaanku, kemurnianku, kecantikanku, dan alatku untuk mengingat allah. Saat
aku meletakkan jilbab di atas kepalaku, aku tahu segala kesesatan yang dibawa
oleh setan akan di lenyapkan. Setelah selesai aku sematkan peniti. Aku telah
bebas.
“oh begitu,,
subhanalah rasanya hati ini bergetar.. semakin mantap saja hati ini untuk itu
dil, Cuma belakangan aku ingin berhijab gara-gara Anton yang menyuruhku untuk
berkerudung, makanya aku langsung tanya pendapatmu.” Nadia mengungkapkan
semuanya tanpa ragu padaku. “Hemmmmhuhhhhhhh.... kalau seperti itu malah nda
baik nad, jangan karena seseorang kita melakukan sesuatu, tapi harus karena
allah, untuk menggapai ridha dan rahmatnya, untuk senantiasa selalu dekat
dengannya, dan berdasarkan keinginan kita sendiri dari lubuk hati yang paling
dalam.” Jawabku pada nadia. Nampaknya nadia sahabatku mulai bingun dengan
keinginan hatinya. Lagi-lagi renungan rasa itu terlintas di benakku dan juga
nadia, meski tak sama.
“dil,
bagaimana dengan mu ???” nadia kembali bertanya tentang gundahku. “aku, ? nad,
bahwa tafakur pada tuhanku adalah kekayaanku, akal dan logika adalah akar
agamaku, antusiasme adalah kendaraanku, doa adalah temanku, iman adalah sumber
kekuatanku, kesedihan adalah sahabatku, pengetahuan adalah senjata ku, kesabaran
adalah pakaian dan moralku, membela Allah adalah kebanggaanku, kebenaran adalah
keyakinanku, shalat adalah penyejuk ku, dan di sela-sela itu salahkah bila aku
berpikir bahwa cinta adalah landasan keberadaanku ?????????”. “Subhanallahh
Adilla sahabatku rasanya bukan Adilla yang berkata dengan lembut dan bertutur
cerita padaku barusan, melainkan Khadijah yang bersahaja yang selalu di
sebut-sebut, dan didambakan Rasullulah SAW.” Nadia tersenyum tulus padaku.
“nad,, sebenarnya aku merasakan sesuatu yang tak biasanya aku rasakan.
Hubungan ku dengan dia berjalan seperti air, aku yakin bahwa aku disini adalah cerminan dia di sana. Tapi rasa takut terus mendampingiku disini, begitu
takutnya hingga sesekali rasa percayaku terhadapnya semakin surut saja. Tapi
terus ku yakinkan kembali, aku masih tetap memegang teguh semua janjinya 9
januari 2019 nanti. Tentu saja dengan pengharapanku yang besar padanya, pada
ucapannya, pada janjinya, dan pa sayangnya yang tulus padaku. J .
“dilla sahabatku begitu mengagumkan nya dirimu, aku yakin Arif juga begitu. Dan
aku juga yakin allah sampaikan pada Arif tentang Adilla yang begitu mempesona
hatinya. Dan baik adanya. Aku jadi iri rasanya dan ingin memperbaiki diri.
Hemhuh,” ujar nadia padaku sembari memikirkan sesuatu nampaknya.
Setelah
beberapa hari tidak bertemu karena kesibukan masing-masing menyelesaikan tugas
kuliah, akhirya kami bertemu di gerbang kampus. Nampaknya nadia semakin mantap
untuk berhijab, terlihat dari pakaian yang dia kenakan hari ini,
“alhamdulilah...” aku berkata dalam hati. Aku dan nadia melangkah dengan pasti
menuju ruang kelas. Sembari berbincang-bincang. Nadia nampak begitu cantik
dengan kerudung berwarna toskanya. Sesampainya di kelas kami berbincang seputar
renungan rasa itu. Sambil menunggu dosen. “nad, , boleh aku bilang sesuatu.
???”. “Sure .., apa yang hendak kamu sampaikan dill ????”. “your beautiful..
selamat iya sukses berhijab,,”. “makasih dill berkat saran dan bimbingan Adilla
Muzdhalifah kerinduanku berhijab akhirnya tercapai. Hmmmm dan hubunganku dengan
Anton semakin di mudahkan. Hihi J. Bagaimana dengan mu dill ?????” . “alhamdulilah.., aku masih tetap
menunggu 9 januari 2019 nad, rasanya pengen cepet-cepet melihat melihat
pembuktian dari janjinya. Huhu ^^.., nad ada yang ingin aku tunjukan . ini. “
kubuka file cerpen di leptopku dan ku tunjukan pada Nadia sahabatku.
“subhanallah... dill ini luar biasa , renungan rasa yang berbeda. Tentang keluh
kesahku untuk berhijab, tentang kerinduanku, dan tentang renungan rasa seorang
Adilla yang terus berharap 9 januari 2019. ini bagus dill, aku terharu dengan
kisahnya”. Nadia refleks memeluku saat itu, kami beradu air mata dan tenggelam
dalam pelukan renungan rasa yang berbeda. J J
Tamat.....
Salam
manis penulis J
Selamat
membaca
Yuni.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar